Aug 13, 2013


“Saya bukannya pintar, boleh dikatakan hanya bertahan lebih lama menghadapi masalah”.
~Albert Einstein

Pada umumnya, hanya ada dua pilihan akhir dari kehidupan manusia, yaitu sukses atau gagal.  Beberapa orang sukses dan orang hebat di dunia selalu menyampaikan pesan tersirat bahwa dalam meraih kesuksesan, sebelumnya mereka selalu bertemu dengan kegagalan.  Sebut saja seorang Dahlan Iskan, di pojok “Sarapan Pagi” Lombok Post,  dia berbicara tentang sukses dalam bisnis, dia mengatakan “Bisnis itu tidak ada pelajarannya, tidak ada pendidikannya, tidak ada literaturnya, tidak ada bisnis yang sukses dilakukan setelah mengikuti seminar. Tapi bisnis itu seperti naik sepeda. Pertama-tama Anda pegang sepeda itu, menuntunnya, lalu menaikinya, dan coba menjalankannya. Setelah itu Anda akan terjatuh dan bangun lagi serta akan terus berusaha untuk bisa menjalankan sepeda itu. Ya, seperti itulah bisnis” 
Pada kesempatan lain pun, seorang Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau akrabnya Jokowi, mengutarakan kunci sukses pada sebuah stasiun TV Swasta dengan bahasa yang sangat sederhana. “Sukses itu tidak ada teorinya, ketika kamu ingin sukses, coba sesuatu, lalu kamu gagal, coba lagi, gagal lagi, coba lagi dan terus coba sampai kamu sukses”
Dua tokoh di atas merupakan beberapa contoh orang yang tekun dalam mengejar sukses. Saya tidak ingin mengutarakan definisi tekun. Contoh di atas bisa memberikan gambaran jelas kepada Anda semua bahwa seperti itulah kira-kira ketekunan. Jika Anda pernah melihat pohon pisang, Anda bisa melihat seperti itulah tekun. Pohon pisang tidak pernah berhenti bertunas hingga berbuah. Tekun juga seperti itu, ketika kita ingin menjadi sesuatu atau ingin berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan, maka kita tidak boleh putus asa dan berhenti ketika bertemu dengan masalah dan tantangan, justru kita harus tetap berusaha dan terus berusaha.
Dalam belajar, baik sebagai mahasiswa ataupun siswa, ketika kita mendapatkan sebuah tugas atau pekerjaan rumah dari guru ataupun dosen,  kita senantiasa pernah bertemu dengan kebuntuan. Sebagian dari kita akan merasa malas dan berhenti untuk melanjutkan, dan sebagian lagi akan terus berusaha hingga menemukan jawaban. Dua sikap ini akan menjadi pilihan dalam menyelesaikan tugas. Ketika kita mengalami kebuntuan dalam mengerjakan tugas, beberapa dari kita selalu dimanjakan dengan kebiasaan buruk dan hati kita berkata “Ah,, besok saja dikerjakan di sekolah atau di kampus, saya bisa nyontek pekerjaan teman-teman yang sudah selesai”. Pernahkah kita berfikir sejenak, jika semua teman-teman kelas kita berfikir hal yang sama dengan apa yang kita fikirkan, maka kita akan selalu menjadi terbelakang. Atau meskipun kita copy paste pekerjaan teman kelas, siapa yang menjamin bahwa hasil pekerjaan teman kita benar dan tidak menyesatkan. Di sinilah kita membutuhkan ketekunan. Tekun dimulai dari hal yang sederhana. Menyelesaikan hal-hal yang kecil sebelum kita berhadapan dengan hal yang besar.
Ketika Anda bertemu dengan kejenuhan atau kebuntuan bahkan masalah dalam menyelesaikan suatu tugas, Anda tidak boleh berhenti !!!. Tapi cara yang terbaik adalah Anda istirahat sejenak, mencari inspirasi, motivasi, refresh, lalu kembali menyelesaikan tugas Anda. Seperti katanya para pejuang “Kita mundur bukan karena menyerah, melainkan kita istirahat untuk kembali melanjutkan perjuangan”
Jika bertemu dengan kebuntuan ketika mengerjakan tugas atau PR dari guru dan Dosen, kita harus lawan hingga sampai kepada suatu jawaban dan hasil, setelah itu nikmati bagaimana rasanya? Memuaskan bukan?. Berhasil dalam menyelesaikan tugas oleh usaha kita sendiri rasanya seperti kita baru saja berhasil memindahkan gunung. Dan pada saat itu, kita akan merasa bahwa kita adalah satu-satunya yang berhasil. Semangat akan tumbuh dan dengan mudah, kita akan berkata “Apakah ada yang lebih sulit dari ini lagi?” 
Ketekunan merupakan sifat luhur yang mulai langka di zaman modern ini. Ketekunan seseorang bisa dilihat dari bagaimana cara orang tersebut menghadapi kegagalan yang tidak terelakan. Mungkin ada benarnya sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa kegagalan itu adalah awal dari kesuksesan. Karena meraih sukses itu tidak mungkin tanpa hambatan dan tantangan.
Jika  Anda menginginkan sesuatu, maka cobalah. Anda takut gagal? Semua orang pastinya pernah gagal. Hanya orang yang tidak pernah mencoba yang tidak pernah gagal. Justru di sinilah ketekunan kita akan diuji. Atau Anda ingin mengikuti jejak orang-orang gagal terdahulu. Jika Anda ingin tekun, maka Anda harus sadar dan yakin serta siap untuk gagal. Karena banyak orang di zaman ini yang tidak siap sewaktu harus menghadapi kesulitan dan kegagalan. Tidak adanya ketekunan dalam diri menyebabkan orang-orang menyerah begitu saja. Menurut pengamatan Morley Callaghan, dia mengatakan bahwa “Begitu banyak orang mengatasi kegagalannya dengan cara merusak diri sendiri, Mereka terus menerus mengasihi diri sendiri, menyalahkan semua orang, merasa getir, dan menyerah”.
Tekun adalah kata yang sangat mudah diucapkan tetapi begitu sulit untuk dipraktikkan. Satu-satunya cara untuk mengawali ketekunan adalah kita harus memiliki keyakinan yang kuat atas apa yang kita inginkan. Jika kita sudah yakin, maka kita pun akan berusaha dan bertahan dengan sungguh-sungguh terhadap apa yang kita yakini. Keyakinan yang kuat akan membuat kita semakin kuat mengahadapi masalah dan kegagalan. Dengan keyakinan kuat, kita akan memandang bahwa semua masalah dan kegagalan pasti memiliki hikmah. Apa hikmahnya? Orang yang belajar dari kegagalan akan memperoleh pemahaman yang lebih, serta akan lebih siap. Karena kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal dan tidak menyebabkan orang terpuruk selama-lamanya.
Mencoba bangkit setelah mengalami kegagalan memang tidak selalu mudah. Kadang-kadang kita dihadapkan pada masalah yang mustahil diatasi, sehingga kita akan merasa kewalahan, jenuh, malas, dan hilang semangat.  Tapi ingat, selama ada keyakinan yang kuat, masalah dan gagal pasti akan bisa kita lewati. Seperti lirik sebuah lagu “Badai pasti berlalu”. Memang begitulah kenyataannya.
“Saya seorang mahasiswa, bagaimana caranya agar saya bisa tekun dan berhasil dalam kuliah?” pertanyaan ini mungkin muncul di benak anda semua saat ini. menjawab pertanyaan ini susah-susah gampang. Saya sendiri belajar di bangku kuliah selama Lima Tahun Tiga Bulan. Seharusnya sih cuma Empat Tahun. Tapi saya tidak ingin menyesatkan Anda semua dengan pemikiran sesat bahwa semakin semakin lama kuliah kita akan semakin hebat. Justru sebaliknya saya ingin menempatkan diri sebagai sampel manusia yang tidak tekun saat kuliah. Membandingkan diri yang tidak tekun dengan beberapa teman yang tekun ketika kuliah, pada akhirnya saya membuat beberapa benang merah sebagai tips agar Anda tekun  sebagai mahasiswa.
Pertama, tetapkanlah tujuan yang bermanfaat dan masuk akal. Dalam hal menetapkan tujuan, suatu hari saya pernah jalan-jalan mengelilingi kota Sumbawa, sehingga ketika saya sampai di sebuah perempatan, saya berhenti sejenak karena kebingungan. Melihat saya yang kebingungan, seorang Polisi yang saat itu sedang di Pos Jaga keluar menghampiri saya. Saya langsung bertanya,  “Pak, Jalan mana yang harus saya pilih?”. Dia (Polisi) bukannya menjawab malah bertanya kembali “Memangnya kamu mau kemana?”. Pertanyaan Polisi tersebut membuat saya malu. Akhirnya saya berpikir, dan merenungi bahwa bagaimana mungkin kita akan memilih jalan sementara kita tidak memiliki tujuan yang jelas.
 “Saya ingin menjadi apa?” Itulah yang pertama kali harus kita miliki. Menetapkan tujuan dari sekarang tentunya akan mulai menentukan akan jadi apa kita kedepan. Menetapkan tujuan juga akan menetapkan apa yang kita cintai dan kita sukai sesuai dengan kemampuan kita. Memilih sekolah, memilih perguruan tinggi, dan memilih tempat belajar lahir setelah kita menetapkan tujuan. Sehingga jangan heran melihat fenomena dan fakta saat ini dimana sebagian besar wilayah di Indonesia dipenuhi oleh sarjana pengangguran. Salah satu faktor penyebab kegagalan seseorang setelah kuliah adalah karena mereka tidak menetapkan tujuan sebelum kuliah. Sehingga banyak dari lulusan SMA sederajat
Kedua, menetapkan cara atau metode untuk mencapainya. Pada tahap ini, kita akan mulai menyusun rencana dari A sampai Z. Rencana yang kita buat merupakan alur metode yang kita pilih untuk mencapai tujuan. Jika kita gagal membuat rencana, maka pastinya bahwa kita telah merencanakan kegagalan. Dan yang ketiga adalah konsisten. Muhammad SAW berpesan, “Bahwasanya Allah lebih menyukai manusia yang melakukan hal-hal kecil tapi konsisten dari pada melakukian hal besar tapi tidak konsisten”. Tiga metode yang telah disebutkan merupakan hasil pengkajian dengan membandingkan apa yang ada pada mahasiswa sukses dan tidak saya miliki pada saat kuliah.
Dari menikmati rasa ingin tahu, kemudian menanamkan ketekunan, akan melatih otak kita untuk selalu berpikir. Otak diciptakan oleh tuhan bukan sekedar hiasan pelengkap  isi kepala. Melainkan suatu organ yang dipenuhi dengan keajaiban dan sebagai alat berpikir. Kenapa harus berpikir? Seorang ilmuan bernama Rene Descartes berkata “Aku ada karena Aku berpikir”. Lalu Einstein berpesan tentang pentingnya berpikir dengan mengatakan “Aku berpikir terus menerus berbulan-bulan dan bertahun-tahun, Sembilan puluh Sembilan kali dan kesimpulannya salah, untuk yang keseratus Aku benar”. Apakah kita sudah pernah berpikir sebanyak seratus kali untuk menemukan suatu kesimpulan? Sebagai seorang siswa ataupun mahasiswa, jarang sekali diantara kita yang mau berpikir keras tentang suatu hal. Sekali saja kita berpikir, kita biasanya dihantam oleh perasaan malas lalu menyerah. Atau karena memang kita sudah dimanjakan oleh kalimat “Jangan terlalu banyak berpikir, nanti cepat tua”. Jika benar seperti itu, lalu siapa yang akan menyelesaikan semua permasalahan yang akan kita hadapi? Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap masa depan kita? Siapa lagi kalau bukan kita. Manusia bukanlah barang elektronik. Barang elektronik sejak diproduksi telah lengkap dengan buku panduan dan keterangannya. Tapi manusia lahir hanya berbekal akal untuk berpikir. Jika akal yang menjadi satu-satunya modal manusia sejak awal, secara otomatis keberhasilan dan kesuksesan kita akan tergantung dari bagaimana akal kita. Akal pun harus kita tumbuh kembangkan dengan cara berpikir sesering mungkin. 
  
Jika Anda ingin menjadi sukses, maka tekunlah, dan jika Anda ingin menjadi orang tekun, mulailah dari sekarang, karena besok belum tentu jadi milik kita.

1 comments:

Anonymous said...

Sara Wenti.

waduh...semuanya ini memang berat pak....