“Saya bukan
memiliki bakat khusus, saya hanya menikmati rasa ingin tahu”
~ Albert Einstein
Rasa
ingin tahu merupakan suatu kodrat yang tuhan berikan kepada semua manusia.
Karena pada hakikatnya rasa ingin tahu merupakan salah satu ciri bahwa manusia
memiliki akal, sebagai pembeda dari mahluk Tuhan yang lainnya.
Rasa
ingin tahu selalu bermula dari salah satu atau sebagian dari pertanyaan berikut;
Apa, Mengapa, Bagaimana, Di mana, Kapan, dan Siapa. Bahkan seorang Ilmuan
bernama Plato berpesan “Biarkanlah mereka bertanya mengapa, mengapa dan
mengapa, karena dengan ‘mengapa’ mereka akan mendapatkan banyak pengetahuan”.
Hampir
semua orang hebat dengan karya-karya besarnya di seluruh dunia menempatkan rasa
ingin tahu sebagai awal berkarya menuju orang besar. Tentunya kita tahu bahwa
seorang Archimedes dengan persamaan sederhananya, dimana masa jenis suatu benda
sebanding dengan massa dan volume benda tersebut. Archimedes tidak menerima
persamaan tersebut dari langit. Melainkan berawal dari rasa ingin tahu tentang
bagaimana mengetahui tingkat keaslian suatu benda. Dikisahkan bahwa pada saat
itu Archimedes diperintahkan oleh seorang raja untuk menyelidiki apakah mahkota
emas yang dimiliki raja tersebut asli atau palsu. Rasa ingin tahu Archimedes
menemaninya hingga pulang ke rumah dan menjadikan dia selalu berfikir keras untuk
menemukan suatu cara logis. Dan pada akhirnya, ketika dia berendam di bak penuh
air, sebagian air tersebut keluar bak, lalu dia dengan spontan teriak gembira
setelah melihat air tersebut keluar. Bagaimana tidak, fenomena itu membuat dia
berfikir bahwa volume dirinya sama besar dengan volume air yang keluar dari
bak. Dari sinilah dia menghubungkan rasa
ingin tahunya. Dari fenomena ini pula konsep masa jenis bermula. Sehingga dia
membuat konsep bahwa ketika suatu benda dimasukkan ke dalam Fluida (Zat alir),
maka masa benda akan sama dengan masa fluida yang dipindahkan.
Archimedes adalah salah satu dari
sekian banyak orang hebat yang menempatkan rasa ingin tahu sebagai awal mula
suatu penemuan. Dan salah satu contoh dari sekian banyak contoh yang ada.
Lalu
bagaimana dengan diri kita? Terlepas dari apapun profesi dan status kita, baik
sebagai pelajar, mahasiswa, pendidik, dan bahkan orang tua, tentunya kita memiliki
rasa ingin tahu. Yang membedakan kita dengan manusia lain hanyalah seberapa
kuat rasa ingin tahu itu bertahan pada diri kita. Karena kekuatan rasa ingin
tahu lah yang menjadikan tingkat pengetahuan kita di puncak menara tertinggi.
Bagaimana
dengan rasa ingin tahu yang ada pada diri kita? Sekarang tanyakan pada diri
Anda, “Apakah saya pernah memiliki rasa ingin tahu?”, “Apakah rasa ingin tahu
yang saya miliki selama ini, saya temukan jawabanya?” pertanyaan ini merupakan
pertanyaan yang sangat penting, khususnya pertanyaan yang kedua. Mengapa saya
katakan penting? Karena sebagian besar dari kita biasanya selalu berhenti
sebelum menemukan jawaban. Dalam mengikuti rasa ingin tahu, setiap orang
tentunya akan bertemu dengan kejenuhan, keletihan dan bahkan rasa malas. Maka
mulailah dari sekarang untuk menanamkan tekad bahwa “Kejenuhan, keletihan,
malas dan kroni-kroninya adalah musuh yang harus dibasmi sebelum mereka semua
membasmi rasa ingin tahu pada diri kita”.
Menemukan
jawaban dari rasa ingin tahu, pada saat ini tentunya lebih mudah dibandingkan dengan
beberapa abad yang telah lewat. Hidup di zaman teknologi yang serba cepat
berkembang, kita dimanjakan dengan jutaan dan bahkan milyaran jawaban. Sebut
saja ketika kita ingin mengetahui “Mengapa lampu bisa menghasilkan cahaya?”
kita hanya butuh beberapa detik ketika bertanya kepada Mbah Google. Mbah Google
akan memberikan informasi yang lengkap, detail, baik berupa hipotesa, Hukum,
bahkan eksperimen-eksperimen. Jika Mbah Google merasa kurang mampu, dia akan memberikan
kita rujukan-rujukan lengkap baik dari tulisan beberapa abad yang lalu maupun referensi yang baru ditulis
beberapa hari sebelumnya.
Memiliki
rasa ingin tahu merupakan suatu anugrah Tuhan yang patut disyukuri. Maka kita
harus memeliharanya dengan keyakinan yang kuat bahwa itu adalah modal terbesar
untuk menguasai Dunia. Memiliki rasa ingin tahu sama halnya dengan beternak.
Ketika kita memiliki satu pasang hewan ternak, maka kita harus sungguh-sungguh
memeliharanya, menjaganya melewati tantangan alam seperti penyakit dan iklim
sampai hewan tersebut berkembang biak menjadi banyak. Sehingga kita bisa
menghitung berapa banyak keuntungan yang kita dapatkan dari modal sepasang
hewan ternak. Tapi jika kita tidak serius dan tidak yakin, maka hanya ada dua
pilihan, ternak kita tidak akan berkembang biak bahkan mati oleh tantangan
alam. Begitu juga rasa ingin tahu. Ketika kita memiliki rasa ingin tahu
terhadap satu hal, maka kita harus yakin dan berusaha sungguh-sungguh untuk
menemukan jawabannya. Dalam proses mencari satu jawaban, kita akan menemukan
ratusan bahkan ribuan pengetahuan yang berhubungan dengan satu jawaban yang kita
inginkan. Tapi apabila rasa ingin tahu terhadap satu hal saja enggan dan malas
untuk kita cari tahu jawabannya, maka pastikan kita akan menjadi manusia
kebingungan dan “sok tahu” atas segala sesuatu. Dan sudah pasti kita tidak akan
pernah tahu karena kita tidak berusaha untuk mencari tahu.
Tuhan
menciptakan Alam semesta sesungguhnya bukan semata-mata hanya untuk kita
nikmati. Melainkan agar kita berfikir. Dengan berfikir kita akan mengetahui
tentang sisi banyak hal. Sebagian besar dari kita enggan menggunakan akal untuk
berfikir sehingga akal menjadi tumpul dan tak berdaya.
Apakah
kalian sudah siap sukses dan menjadi orang hebat? “Tapi saya ini hanya anak
seorang petani, bagaimana mungkin bisa sukses”. Apakah Einstein itu anak
seorang presiden? Apakah anak petani dilarang menjadi orang hebat? “iya sih,
tapi nilai saya di sekolah selalu buruk, saya tidak memiliki bakat apapun”
Apakah orang yang nilai raportnya buruk tidak boleh maju menjadi orang hebat?
Einstein adalah anak seorang pedagang sederhana. Bahkan nilai-nilai einstein
ketika sekolah selalu terbelakang. Lalu apa masalahnya? “Einstein kan hidup di
Jerman, belajar di Amerika, nah...kalo saya kan di Indonesia”. Stop!
Berhentilah mencari alasan. Setidaknya Einstein juga manusia, Indonesia juga
tidak kalah Sumber daya alamnya dibanding negara lain. Kenapa kita selalu
menjadikan lingkungan dan orang lain sebagai alasan? Kesuksesan yang kita raih
itu berawal dari diri kita sendiri.
Jika
Anda pernah menonton film Dokter Carson atau membaca bukunya, Anda mungkin akan
paham dan mengerti bahwa kita akan menjadi apa yang kita inginkan. Dokter
Carson adalah seorang Dokter pertama yang berhasil melakukan operasi pemisahan
kembar siam dengan selamat. Dia selalu berkata kepada ibunya ketika masih duduk
di bangku Sekolah Dasar, “Bu, Saya ini bodoh dan tidak mungkin bisa menjadi
orang pintar”. Tapi ibunya terus memberi motivasi dan mengatakan “Engkau tidak
bodoh, hanya saja engkau belum berusaha keras untuk menggunakan otak mu”. Lalu
dia mulai belajar menggunakan otaknya. Bagaimana? Dia menggunakan waktu
luangnya untuk membaca buku yang dia sukai di perpustakaan lalu menceritakan
isi buku tersebut kepada ibunya. Sampai suatu ketika, Carson pulang dari
sekolah berjalan kaki lalu menemukan sebuah batu yang berbeda dari batu lain di
sekitarnya. Rasa penasaran Carson membawanya untuk mencari buku tentang Batu
dan Mineral di perpustakaan. Sehingga dia mengetahui dan menemukan bahwa batu
yang ditemukan itu adalah Obsedien. Bukan nama saja yang dia tahu, bahkan dia
mengetahui bagaimana cara terbentuknya.
Beberapa
kisah yang telah disebutkan adalah sebagian kecil dari milyaran kisah
orang-orang hebat yang menggunakan dan menikmati rasa ingin tahunya untuk
menguasai pengetahuan. Dengan terus mengikuti rasa ingin tahu, kita akan
mengetahui siapa kita dan apa bakat kita. Dengan membiarkan rasa ingin tahu terus
mengalir di otak kita, tidak menutup kemungkinan kita akan membuat suatu karya
hebat yang bermanfaat bagi dunia.
0 comments:
Post a Comment