Fotografer by Adjie. (Dari Kanan): Kak Agus, Kak Christa, Miss Shanti, Dik Anggun, Kak Agnes, Ari Lasso, |
Iseng-Iseng
Kelas Inspirasi ~ Saya
sendiri tidak tahu harus memulai dari mana? Jujur, mendaftar sebagai relawan
kelas Inspirasi saat itu, tidak lebih dan tidak kurang bertema “iseng” semata. Bukan
karena “meremehkan” tetapi karena memang sebagian besar langkah saya selalu
berawal dari “iseng-iseng” kecuali menjadi pendidik. Singkat cerita, beberapa
minggu kemudian, ketika membuka notifikasi Facebook, saya di”tag” oleh
seseorang “Selamat bang Cun satu TIM dengan kita di SDN 2 Guntur Macan”. Lalu saya
bertanya pada diri sendiri “trus kita mau ngapain neh?” (ntar kalo nanya di FB,
takutnya diketawain bro,,, jaga imej..hihihi).
Yang pertama kali saya bayangkan
adalah mengajar anak SD. Bagi seorang pengajar sebuah perguruan tinggi swasta
di Mataram, saya hanya membayangkan
kondisi ruangan 10x10 meter persegi yang diisi bocah-bocah merah putih. Lalu pikiran
saya pindah pada memori “episode sekolah” bernama SD (maklum saat itu gak ada
TK). Apa yang paling saya ingat? Ketika guru menyuruh menggambar, maka hasil
gambarnya selalu kompak. Ada jalan berliku, kiri-kanan sawah dan laut, diujung jalan ada gunung kembar dengan setengah
matahari mengintip diantaranya. “seram” betapa “kasihan” nya saya saat itu. Apalagi
kalau disuruh mengarang, semuanya pun kompak mengambil satu tema “BERTAMASYA”,
kalau tidak ke rumah nenek, yaaa paling “banter” ke rumah Paman atau Bibi
(seram banget kan dunia SD?). “Ngapain dipikirin,
go with flow” itulah “jampi” yang selalu saya gunakan untuk membunuh ketakutan.
Satu jam menghayal, gak mau pusing, segera saja buka laptop, nanya Mbah Google dan Tante Youtube tentang Kelas Inspirasi. Tidak butuh
waktu lama, saya pun faham bahwa menjadi relawan di kelas Inspirasi adalah pekerjaan
tanpa bayaran (namanya juga relawan!) untuk memberikan sesuatu yang berharga (“bukan
uang lho! coklat dan permen boleh” kata salah satu panitia) bagi masa depan
anak-anak sesuai dengan profesi kita sebagai relawan. Pengacara (di kampung
saya disebut Lawyer) masuk kelas pake
toga bawa palu, Penyiar (di kampung
sebelah disebut Announcer) masuk kelas
ala penyiar (yang jelas gak mungkin
bawa pemancar radio), yang dokter pake jas putih ala dokter beneran (tapi emang
dokter beneran kok!). “Laaaah…… saya ini dosen harus bagaimana?” akhirnya “sim
salabim….!” Jadilah saya “Sainstist” abal-abal mewakili om Newton, om Galileo
dan om-om lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu (kayak sambutan
resepsi pernikahan jadinya neh!! wkwkwkwk).
Bertemu
Orang-Orang Gila
Tepatnya
10 Januari 2015, Briefing relawan kelas Inspirasi di kantor Camat Gunung Sari. Puluhan
relawan dari berbagai daerah di Nusantara berkumpul. Ada yang malu-malu, ada
yang senyam-senyum sendiri, dan lain-lain. Kita semua saling menegur satu sama
lain bak sepasang kekasih yang baru ketemu setelah 10 tahun lamanya berpisah. “Aneh
kan?” padahal belum saling kenal. Tapi ada satu hal unik yang saya tahu pasti. Yaitu
tentang mereka (termasuk saya) memiliki satu kesamaan. Yaitu SAMA-SAMA GILA. “Lho
kok bisa?” kalau mau tau buktinya, coba aja
daftar sebagai Relawan Kelas Inspirasi di mana aja. Dan di sinilah saya mulai
berpikir bahwa saya telah TERSESAT DI JALAN YANG BENAR.
Kami pun berkumpul berdasarkan
kesamaan misi. Saya dan 6 relawan lainnya mendapatkan misi bertarung di SDN 2
GUNTUR MACAN (nama tempatnya pun ikutan GILA kan!!!). ke-6 Orang Gila itu
adalah 1) Miss Shanti Maro , seorang Iron Lady (bukan istrinya Iron Man),
Edupreneur dari NTT yang tinggal di Bali, 2) Kak Agnes, seorang pengacara dari Jakarta
yang mirip banget dengan Meriam Belina, 3) Kak Christa Rahma seorang Penyiar
dari Surabaya yang syarat logika, 4) Anggun Wara Wiri seorang GIS Officer PT.ANTAM
yang ngaku-ngaku kelahiran 91 (suka promosi, padahal gak tau bedanya sapi ma
kerbau! wkkwkk), 5) Kak Agus, seorang Geologist dengan senyuman angling darma
dari Lombok, dan 6) Adjie, seorang Suami hebat (bagi istrinya) dan Ayah tangguh
(bagi dua wanita cantik di rumahnya) sekaligus sebagai fasilitator kami. Kami pun
berlima (Anggun belum hadir, Agus Izin) Miss Shanti, kak Agnes, Kak Christa,
dan Mas Adjie memilih Lesehan Dakota untuk berdiskusi dan berkenalan satu sama
lain. Yang paling saya ingat saat itu dari tiap relawan adalah Miss Shanti
mendominasi diskusi (belum mulai ngajar, kita sudah terinspirasi dengan orang
ini. Owalaa), Kak Agnes yang mendominasi makanan di meja (setelah landing di
BIL belum makan katanya), Kak Christa yang udah 5 kali ikut kelas
Inspirasi menjadi satu-satunya tempat
bertanya (gaya ne orang, bentar lagi udah bisa jadi Kepala Sekolah Kelas
Inspirasi). Dan mas Adjie yang senyumnya paling rajin. Terus saya? Nah itu dia….
Saya sedang pusing karena saat itu isi dompet cuma 100 ribu. Di sinilah saya
benar-benar percaya bahwa Keikhlasan dan pengabdian itu dibayar oleh Allah
dengan berlipat ganda. Buktinya, sebelum selesai makan, saya dapat SMS “mas,
uangnya 3 juta sudah saya transfer ke rekeningnya barusan, thanks ya!!”
horeeeee…. itu uang dari mana? … gak perlu tau! Yang penting halal dan bukan
hasil korupsi, wkwkwk.
Jeruk
Nipis dan Senyum Sejuta Harapan
2015,
12 Januari, kami bersama fajar mendahului mentari untuk satu janji
menginspirasi anak Negeri. Cuti sehari untuk mengabdi pada Ibu pertiwi. Hujan memeluk
badan menjadi saksi bagi pagi. 6 kilometer menuju desa, 1 kilometer menanjak ke
punggung bukit tempat lahirnya berjuta cita-cita. Alhamdulillah, kehadiran kita
disambut ceria meski upacara bendera tiada. Lalu hati saya bergetar dan berkata,
berikanlah cahaya agar mereka yakin bahwa mereka bisa bercita-cita dan meraih
asa.
Di
sinilah puncak bahagia bagi saya. Saya menjadi manusia yang benar-benar
merdeka. Seketika segalanya tentang problematika dunia yang fana, hilang ketika
memandang wajah-wajah mereka. Pertama kali saya mendapatkan giliran untuk
menginspirasi anak-anak kelas dua. “cari perhatian”, itulah salah satu
kebiasaan anak-anak yang sangat dilema. Melarangnya sama saja dengan membunuh kebutuhan
tertinggi yaitu “ingin dihargai”. Membiarkannya sama juga dengan merampas waktu
belajar bagi anak-anak lainnya. Lalu? Saya hanya berusaha menjadi satu-satunya
manusia yang paling menarik saat itu. Berusaha membuat mereka “penasaran” hingga
mereka lupa siapa nama mereka. Apa yang saya lakukan? Saya mengeluarkan beberapa
jeruk nipis lalu bertanya “siapa yang tahu ini apa?” semuanya teriak “Jeruk”. Saya
sadar bahwa pertanyaan itu tidaklah menarik karena tentunya mereka yang dekat
dengan alam pasti mengenal jeruk. Saya tidak menyerah, lalu saya bertanya lagi “kalian
tahu kalau jeruk ini bisa menyalakan lampu?” semuanya diam, yang jauh mendekat,
yang dekat pun merapat, lalu saya lanjutkan “saya akan kasih tahu caranya jeruk
menyalakan lampu”. Skak mat……!!! Saya menang, mereka diam, saya seperti SLANK yang
mampu menghipnotis jutaan SLANKER. Karena saya tahu, hanya rasa penasaran yang
mampu menumbuhkan cinta dan suka. Saya pun membagi jeruk, uang logam tembaga,
potongan seng dan lampu LED. Saya dan anak-anak bekerja sama merakit dan
menghubungkannya. Lalu saya minta mereka untuk merangkaikannya. Alhasil. Bukan lampu
menyala yang saya lihat. Tapi senyum sejuta harapan yang lebih terang dari
lampu yang menyala di tangan mereka. Apakah ada kebahagiaan yang lebih tinggi
selain membahagiakan orang lain? Tidak ada!
Lalu saya mengajak mereka untuk berteriak
WUSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS!!
Pesan
ada 10 pesan penting kepada anda dari kisah ini yaitu 1) Jadilah relawan kelas Inspirasi, 2) Daftarlah jadi relawan kelas Inspirasi, 3) bergabunglah menjadi relawan kelas Inspirasi, 4) Jadilah relawan kelas Inspirasi, 5) Daftarlah jadi relawan kelas Inspirasi, 6) bergabunglah menjadi relawan kelas Inspirasi, Jadilah relawan kelas Inspirasi, 7) Daftarlah jadi relawan kelas Inspirasi, 8) bergabunglah menjadi relawan kelas Inspirasi, Jadilah relawan kelas Inspirasi, 9) Daftarlah jadi relawan kelas Inspirasi, dan 10) jadilah, daftarlah dan bergabunglah menjadi relawan kelas Inspirasi untuk mengabdi pada Negeri. karena jangan hanya bisa bertanya "apa yang negeri ini berikan kepada saya?" tapi cobalah untuk bertanya "Apakah yang saya berikan untuk Negeri ini?"
Supermen WUSSSSSSS (volume 0,00001 %)
tulisan ini saya persembahkan untuk Miss Shanti Maro, Kak Agnes, Kak Christa, Anggun, kak Agus, Mas Adjie serta seluruh Relawan Kelas Inspirasi Lombok, Semoga kita selalu menjadi keluarga Indonesia.
0 comments:
Post a Comment