Calon
gubernur Nusa Tenggara Barat…
Dari
dalam ruangan tua, dengan dekorasi bertema sarang laba-laba dan cat kusam nan
buram. Di bawah kegaduhan atap yang menyambut angin. Serta rengekan beberapa kayu
jendela memaki retaknya kaca, pena ini pun berjalan menulis kata demi kata dari
penat kepala yang telah lama bungkam di balik selimut ketakutan. Kata-kata ini dari
tangan insan berjudul Guru. Yang mana, dahulu telah membuatmu bisa mengenal
huruf dan angka hingga kau pun mampu menulisnnya. Membuatmu dahulu mengenal
dirimu sendiri. Membuatmu mengetahui apa yang tidak diketahui sebagian orang.
Calon
gubernur Nusa Tenggara Barat…
Sudah
sering engkau dengar betapa terpuruk SDM NTB saat ini. Moral dan etika kian
disembunyikan dibalik batu nisan. Kebenaran dan kejujuran telah ditindih oleh
poster-poster kejahatan dan kedustaan. Baik buruk menjadi abu-abu. Cacian dan
makian sudah menjadi lirik lagu yang senantiasa didengarkan. Sebagian dari
mereka mengarahkan telunjuknya kepada ku. Dengan percaya diri mereka berkata “itu
adalah kesalahanmu sebagai guru”. Aku malu dan merenungi diri sepanjang waktu. Apa
iya ini salahku dan salah guru? Padahal anak-anak bangsa hanya 8 jam bersamaku
di sekolah setiap harinya. Aku ajarkan mereka bagaimana menatap masa depan. Aku
ajarkan kepada mereka tentang siapa diri mereka semua. Bahkan diantara mereka
telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui. Sebagian dari mereka sudah menjadi
atasan bagi yang lainnya. Sebagian dari mereka pun telah mencalonkan diri
menjadi gubernur. Lalu bisakah engkau sebagai calon gubernur menjawab ini semua?
Engkau pernah ku ajar. Setidaknya engkau memahami lingkungan kehidupanmu dahulu.
Apakah ketika kau duduk nanti sebagai Gubernur NTB, kau akan menyalahkan guru
atas segala yang terjadi ini?
Calon
gubernur Nusa Tenggara Barat…
Ketika
kau terpilih nanti, kau harus sadar bahwa,
Guru
memiliki kehidupan, keluarga dan tanggungan. Guru mampu mencerdaskan anak-anak
orang lain. Namun sebagian dari guru memiliki keluarga yang terlantar.
Sertifikasi yang di anggap cukup membantu ternyata itupun di mana-mana
terpotong, dicicil, dan dijadikan lahan bagi Kaum Barbar NTB.
Calon
Gubernur Nusa Tenggara Barat…..
Hingga
kini guru dianggap budak manusia-manusia durhaka. Demokrasi kau bilang? Apakah demokrasi
jika sebagian dari kalian selalu mengasah parang MUTASI yang mengancam sebagian
dari kami? Harus kreatif kau bilang? Bagaimana guru akan kreatif jika kalian
tetap ikat tangan dan kaki kami ketika mengganggu bisnis kalian?
Ketika
kau terpilih nanti,
Berhentilah
berceloteh tentang inovasi dan kreativitas. Jika engkau sungguh-sungguh. Lepaskan
parang Mutasi itu. Keluarkan guru dalam kerangkeng ketakutan. Biarkan guru
mendidik dengan kreatifitas dan inovasinya. Kenapa? Engkau ragu dengan
kemampuan guru? Jika engkau ragu, tidak usah jadikan manusia sembarangan
sebagai guru. Bukankah salahmu sendiri tidak selektif. Engkau uji calon guru tidak
dengan cara yang tepat. Bagaimana bisa engkau berikan tes pada calon guru kimia
dengan soal PPKN dan bahasa Indonesia? Engkau
kira perguruan tinggi meluluskan semua mereka karena sudah professional? Sadarlah,
buka mata agar kau terus melihat.
Calon
Gubernur Nusa Tenggara Barat…
Ketika
kau terpilih nanti..
Seringlah
melihat kenyataan di lapangan, berhentilah terlalu percaya kepada pembawa kabar
di bawahmu. disetiap acara, ketika rakyat ingin bertemu dan melihatmu
berbicara, engkau selalu menutup dirimu seperti dewa. Lalu kau perdengarkan
kalimat “Yang mewakili wakil gubernur”… kepada masyarakat yang merindukanmu.
Calon
Gubernur Nusa Tenggara Barat…
Ketika
engkau terpilih nanti,
Kau
focus saja pada pemerintahmu. Dan kami focus pada mendidik anak-anak bangsa. Engkau
atur saja semua bawahanmu agar bekerja dengan benar, agar mereka tidak memakan
kami. Bahkan bisa jadi mereka akan menjilatmu hingga engkau penuh dengan bau
tidak sedap…
Calon
Gubernur Nusa Tenggara Barat…
Ketika
kau terpilih nanti,
Biarkan
guru sejahtra dan Merdeka….
7 comments:
memang betul itu, saya sendiri dan teman-teman yang sertifikasi selalu saja terlambat dibayar..mungkin dananya disimpan di BANK untuk berbunga yah..
Salam.....Ahmad
Konsef nya sudah di atur
sama yang tinggal ..di ats meja kekuasaan
jangan terlalu banyak berharap.....
justru itu, bagi yang tinggal di atas meja kekuasaan harus lebih perhatian..jangan ketika kampanye saja cerdas dan pintar....
kalo kita tidak terlalu banyak berharap, apa harus hanya menjadi penonton yang apatis? minimal kita harus sorakkan sebuah spirit untuk yang namanya keadilan dan kesejahtraan bersama jika ingin lahirnya perubahan,,, terimakasih pak erwan sudah mampir...
jangan terlalu banyak berharap, karena manakala org telah berkuasa, sama persis dengan operator mesin di PLN menggunakan penutup telinga, sehingga keluhan2 demi keluhan bagai angin lalu. tapi ketika berkampanye mereka menjadi sangat peduli, karena penutup telinganya telah dibuka
Takutnya kalo kita sudah tidak mau berharap akan apa yang menajdi hak kita, maka hanya ada dua pilihan yang harus kita terima.... menjadi budak zaman atau menjadi sampah abad...
Post a Comment