“Pahlawan
tanpa tanda jasa” siapa yang
tidak kenal profesi dengan istilah ini. Setiap orang justru berebut untuk
menjadi guru hanya karena ingin istilah itu melekat di hatinya. Iya, dulu
sekali, hal tersebut begitu hebat. Suatu gelar yang dibuat untuk mengajarkan
semua orang khususnya pendidik dalam melaksanakan tugas profesinya tentang betapa pentingnya suatu keikhlasan dan
pengabdian. Dilanda carut marut nya iklim sosial dan budaya, serta politik karena
dorongan krisis moneter sebelum 1998, menjadikan sendi-sendi kehidupan semakin
sulit difahami sebagai kodratnya. Hingga kini, trauma multidimensi yang kian
enggan menemukan cahaya perubahan menyebabkan masyarakat semakin tidak bisa
membedakan sejatinya sesuatu. Tidak terkecuali dalam memandang guru sebagai
suatu profesi.
Dalam
Undang –undang dikatakan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Terlepas dari definisi undang-undang, Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan peserta didik. Tetapi, beberapa dasawarsa terakhir, konsep, persepsi dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser. Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial.
Citra merupakan gambaran, rupa,
gambaran yang dimiliki mengenai orang banyak, mengenai pribadi, organisasi atau
produk, kesan mental yang ditimbulkan oleh sebuah kata, fase atau kalimat dan
merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa untuk evaluasi
Guru merupakan seorang yang harus
digugu dan harus ditiru oleh semua muridnya. Harus di gugu artinya segala
sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini
sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datang
dari guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau
diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi
suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara bebicara,
hingga cara berprilaku sehai-hari. Sebagai seorang yang harus digugu dan ditiru
seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid.
Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan satu komponen yang sangat penting,
selain tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana lingkungan, dan evaluasi.
Slogan pahlawan tanpa tanda jasa
senantiasa melekat pada profesi guru. Hal ini didasarkan pada pengabdiannya
yang begitu tinggi dan tulus dalam dunia pendidikan. Tidak hanya itu, sikap
kearifan, kedisiplinan, kejujuran, ketulusan, kesopanan serta sebagai sosok
panutan menjadikan profesi satu ini berbeda dengan yang lain. Lantaran tanggung
jawab dari profesi guru tidak berhenti pada selesai ia mengajar, melainkan
keberhasilan siswa dalam menangkap, memahami, mempraktekkan serta mengamalkan
ilmu yang diterima dalam kehidupan sehari-hari baik langsung maupun tak
langsung.
Hal ini membuat citra seorang guru
di mata masyarakat selalu berada di tempat yang lebih baik dan mulia. Djamin
(1999) mengemukakan citra guru mempunyai arti sebagai suatu penilaian yang baik
dan terhormat terhadap keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang
profesi ideal dalam lingkup fungsi, peran dan kinerja. Citra guru ini tercermin
melalui:
- Keunggulan mengajar,
- Memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, dan
- Memiliki hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesl dan pihak lain baik dalam sikap maupun kemampuan profesional.
Dari
sudut pandang peserta didik, citra guru ideal adalah seseorang yang senantiasa
memberi motivasi
belajar yang mempunyai sifatfsifat keteladanan, penuh kasih sayang,
serta mampu mengajar di dalam suasana yang menyenangkan. Dalam pandangan
masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya
mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi,
naik kelas, dan lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum
lengkap jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki
melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi.
Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa keberhasilan negara Asia Timur (Cina, Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru karena didukung oleh penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil sentuhan manusiawi guru. Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pembangunan.
Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa keberhasilan negara Asia Timur (Cina, Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru karena didukung oleh penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil sentuhan manusiawi guru. Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pembangunan.
Lalu
saat ini masyarakat kita selalu disugukan dengan berbagai berita yang
menjadikan guru sebagai profesi dipandang sangat rendah. Dari kasus
pemerkosaan, pencabulan, korupsi, penipuan hingga perampokan pun seolah seperti
guru menggilir perbuatan tercela. Sebagai seorang pendidik, terkadang saya
begitu malu untuk keluar dan menampakkan wajah ke lingkungan sekitar ketika
menyaksikan pemberitaan media yang begitu nyata. Belum lagi kejahatan yang
terjadi di sekitar lingungan kita masing-masing yang menyeret nama Guru untuk
lagi lagi ikut terlibat.
Apakah
ketika anas urbaningrum menjadi tersangka, lantas HMI itu juga sarang koruptor?
Atau ketika Presiden PKS dikaitkan dengan sapi, lalu PKS adalah wadah penampung
sapi? Tentu tidak, mereka hanyalah Oknum oknum yang tidak mengerti bahwa di
pundak mereka melekat tanggung jawab dan amanah orang lain. Begitu juga Guru,
pelaku kriminalitas bukanlah Guru melainkan Oknum dengan nama masing-masing
sebagai identitasnya. Maka sepatutnya yang menyadari dirinya ebagai seorang
guru atas panggilan hai dan Nuraninya, tentu akan menyedari betapa penting guru
bagi kemajuan bangsa.
==================Majulah dan jayalah GURU
Indonesia!!!!==================
0 comments:
Post a Comment