Mar 1, 2013



“Pahlawan tanpa tanda jasa” siapa yang tidak kenal profesi dengan istilah ini. Setiap orang justru berebut untuk menjadi guru hanya karena ingin istilah itu melekat di hatinya. Iya, dulu sekali, hal tersebut begitu hebat. Suatu gelar yang dibuat untuk mengajarkan semua orang khususnya pendidik dalam melaksanakan tugas profesinya  tentang betapa pentingnya suatu keikhlasan dan pengabdian. Dilanda carut marut nya iklim sosial dan budaya, serta politik karena dorongan krisis moneter sebelum 1998, menjadikan sendi-sendi kehidupan semakin sulit difahami sebagai kodratnya. Hingga kini, trauma multidimensi yang kian enggan menemukan cahaya perubahan menyebabkan masyarakat semakin tidak bisa membedakan sejatinya sesuatu. Tidak terkecuali dalam memandang guru sebagai suatu profesi.

Dalam Undang –undang dikatakan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Terlepas dari definisi undang-undang, Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan peserta didik. Tetapi, beberapa dasawarsa terakhir, konsep, persepsi dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser. Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial.
Citra merupakan gambaran, rupa, gambaran yang dimiliki mengenai orang banyak, mengenai pribadi, organisasi atau produk, kesan mental yang ditimbulkan oleh sebuah kata, fase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa untuk evaluasi

Guru merupakan seorang yang harus digugu dan harus ditiru oleh semua muridnya. Harus di gugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai  kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datang dari guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara bebicara, hingga cara berprilaku sehai-hari. Sebagai seorang yang harus digugu dan ditiru seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid. Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan satu komponen yang sangat penting, selain tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana lingkungan, dan evaluasi.

Guru profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional guru yang demikian adalah guru yang secara internal memenuhi kriteria administratif, akademis dan kepribadian.

Slogan pahlawan tanpa tanda jasa senantiasa melekat pada profesi guru. Hal ini didasarkan pada pengabdiannya yang begitu tinggi dan tulus dalam dunia pendidikan. Tidak hanya itu, sikap kearifan, kedisiplinan, kejujuran, ketulusan, kesopanan serta sebagai sosok panutan menjadikan profesi satu ini berbeda dengan yang lain. Lantaran tanggung jawab dari profesi guru tidak berhenti pada selesai ia mengajar, melainkan keberhasilan siswa dalam menangkap, memahami, mempraktekkan serta mengamalkan ilmu yang diterima dalam kehidupan sehari-hari baik langsung maupun tak langsung. 

Hal ini membuat citra seorang guru di mata masyarakat selalu berada di tempat yang lebih baik dan mulia. Djamin (1999) mengemukakan citra guru mempunyai arti sebagai suatu penilaian yang baik dan terhormat terhadap keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi ideal dalam lingkup fungsi, peran dan kinerja. Citra guru ini tercermin melalui:
  • Keunggulan mengajar,
  • Memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, dan
  • Memiliki hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesl dan pihak lain baik dalam sikap maupun kemampuan profesional.
Dari sudut pandang peserta didik, citra guru ideal adalah seseorang yang senantiasa memberi motivasi belajar yang mempunyai sifatfsifat keteladanan, penuh kasih sayang, serta mampu mengajar di dalam suasana yang menyenangkan. Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas, dan lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi.
Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa keberhasilan negara Asia Timur (Cina, Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru karena didukung oleh penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil sentuhan manusiawi guru.  Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pembangunan.
Lalu saat ini masyarakat kita selalu disugukan dengan berbagai berita yang menjadikan guru sebagai profesi dipandang sangat rendah. Dari kasus pemerkosaan, pencabulan, korupsi, penipuan hingga perampokan pun seolah seperti guru menggilir perbuatan tercela. Sebagai seorang pendidik, terkadang saya begitu malu untuk keluar dan menampakkan wajah ke lingkungan sekitar ketika menyaksikan pemberitaan media yang begitu nyata. Belum lagi kejahatan yang terjadi di sekitar lingungan kita masing-masing yang menyeret nama Guru untuk lagi lagi ikut terlibat.
Apakah ketika anas urbaningrum menjadi tersangka, lantas HMI itu juga sarang koruptor? Atau ketika Presiden PKS dikaitkan dengan sapi, lalu PKS adalah wadah penampung sapi? Tentu tidak, mereka hanyalah Oknum oknum yang tidak mengerti bahwa di pundak mereka melekat tanggung jawab dan amanah orang lain. Begitu juga Guru, pelaku kriminalitas bukanlah Guru melainkan Oknum dengan nama masing-masing sebagai identitasnya. Maka sepatutnya yang menyadari dirinya ebagai seorang guru atas panggilan hai dan Nuraninya, tentu akan menyedari betapa penting guru bagi kemajuan bangsa.
 ==================Majulah dan jayalah GURU Indonesia!!!!==================

0 comments: