Mar 3, 2013


Calon gubernur Nusa Tenggara Barat…
Dari dalam ruangan tua, dengan dekorasi bertema sarang laba-laba dan cat kusam nan buram. Di bawah kegaduhan atap yang menyambut angin. Serta rengekan beberapa kayu jendela memaki retaknya kaca, pena ini pun berjalan menulis kata demi kata dari penat kepala yang telah lama bungkam di balik selimut ketakutan. Kata-kata ini dari tangan insan berjudul Guru. Yang mana, dahulu telah membuatmu bisa mengenal huruf dan angka hingga kau pun mampu menulisnnya. Membuatmu dahulu mengenal dirimu sendiri. Membuatmu mengetahui apa yang tidak diketahui sebagian orang.
Calon gubernur Nusa Tenggara Barat…
Sudah sering engkau dengar betapa terpuruk SDM NTB saat ini. Moral dan etika kian disembunyikan dibalik batu nisan. Kebenaran dan kejujuran telah ditindih oleh poster-poster kejahatan dan kedustaan. Baik buruk menjadi abu-abu. Cacian dan makian sudah menjadi lirik lagu yang senantiasa didengarkan. Sebagian dari mereka mengarahkan telunjuknya kepada ku. Dengan percaya diri mereka berkata “itu adalah kesalahanmu sebagai guru”. Aku malu dan merenungi diri sepanjang waktu. Apa iya ini salahku dan salah guru? Padahal anak-anak bangsa hanya 8 jam bersamaku di sekolah setiap harinya. Aku ajarkan mereka bagaimana menatap masa depan. Aku ajarkan kepada mereka tentang siapa diri mereka semua. Bahkan diantara mereka telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui. Sebagian dari mereka sudah menjadi atasan bagi yang lainnya. Sebagian dari mereka pun telah mencalonkan diri menjadi gubernur. Lalu bisakah engkau sebagai calon gubernur menjawab ini semua? Engkau pernah ku ajar. Setidaknya engkau memahami lingkungan kehidupanmu dahulu. Apakah ketika kau duduk nanti sebagai Gubernur NTB, kau akan menyalahkan guru atas segala yang terjadi ini?

Calon gubernur Nusa Tenggara Barat…
Ketika kau terpilih nanti, kau harus sadar bahwa,
Guru memiliki kehidupan, keluarga dan tanggungan. Guru mampu mencerdaskan anak-anak orang lain. Namun sebagian dari guru memiliki keluarga yang terlantar. Sertifikasi yang di anggap cukup membantu ternyata itupun di mana-mana terpotong, dicicil, dan dijadikan lahan bagi Kaum Barbar NTB.

Calon Gubernur Nusa Tenggara Barat…..
Hingga kini guru dianggap budak manusia-manusia durhaka. Demokrasi kau bilang? Apakah demokrasi jika sebagian dari kalian selalu mengasah parang MUTASI yang mengancam sebagian dari kami? Harus kreatif kau bilang? Bagaimana guru akan kreatif jika kalian tetap ikat tangan dan kaki kami ketika mengganggu bisnis kalian?
Ketika kau terpilih nanti,
Berhentilah berceloteh tentang inovasi dan kreativitas. Jika engkau sungguh-sungguh. Lepaskan parang Mutasi itu. Keluarkan guru dalam kerangkeng ketakutan. Biarkan guru mendidik dengan kreatifitas dan inovasinya. Kenapa? Engkau ragu dengan kemampuan guru? Jika engkau ragu, tidak usah jadikan manusia sembarangan sebagai guru. Bukankah salahmu sendiri tidak selektif. Engkau uji calon guru tidak dengan cara yang tepat. Bagaimana bisa engkau berikan tes pada calon guru kimia dengan soal PPKN dan bahasa Indonesia?  Engkau kira perguruan tinggi meluluskan semua mereka karena sudah professional? Sadarlah, buka mata agar kau terus melihat.
Calon Gubernur Nusa Tenggara Barat…
Ketika kau terpilih nanti..
Seringlah melihat kenyataan di lapangan, berhentilah terlalu percaya kepada pembawa kabar di bawahmu. disetiap acara, ketika rakyat ingin bertemu dan melihatmu berbicara, engkau selalu menutup dirimu seperti dewa. Lalu kau perdengarkan kalimat “Yang mewakili wakil gubernur”… kepada masyarakat yang merindukanmu.
Calon Gubernur Nusa Tenggara Barat…
Ketika engkau terpilih nanti,
Kau focus saja pada pemerintahmu. Dan kami focus pada mendidik anak-anak bangsa. Engkau atur saja semua bawahanmu agar bekerja dengan benar, agar mereka tidak memakan kami. Bahkan bisa jadi mereka akan menjilatmu hingga engkau penuh dengan bau tidak sedap…
Calon Gubernur Nusa Tenggara Barat…
Ketika kau terpilih nanti,
Biarkan guru sejahtra dan Merdeka….


7 comments:

Anonymous said...

memang betul itu, saya sendiri dan teman-teman yang sertifikasi selalu saja terlambat dibayar..mungkin dananya disimpan di BANK untuk berbunga yah..
Salam.....Ahmad

Lukman hakim said...

Konsef nya sudah di atur
sama yang tinggal ..di ats meja kekuasaan

erwan_saripudin said...

jangan terlalu banyak berharap.....

Unknown said...

justru itu, bagi yang tinggal di atas meja kekuasaan harus lebih perhatian..jangan ketika kampanye saja cerdas dan pintar....

Unknown said...

kalo kita tidak terlalu banyak berharap, apa harus hanya menjadi penonton yang apatis? minimal kita harus sorakkan sebuah spirit untuk yang namanya keadilan dan kesejahtraan bersama jika ingin lahirnya perubahan,,, terimakasih pak erwan sudah mampir...

Anonymous said...

jangan terlalu banyak berharap, karena manakala org telah berkuasa, sama persis dengan operator mesin di PLN menggunakan penutup telinga, sehingga keluhan2 demi keluhan bagai angin lalu. tapi ketika berkampanye mereka menjadi sangat peduli, karena penutup telinganya telah dibuka

Unknown said...

Takutnya kalo kita sudah tidak mau berharap akan apa yang menajdi hak kita, maka hanya ada dua pilihan yang harus kita terima.... menjadi budak zaman atau menjadi sampah abad...