Sep 15, 2013



Jum’at / 13/09/ Rumah Edu – dalam kajian Rutin mencoba mengangkat persoalan yang menjadi trend jejaring sosial facebook, BBM, dan twiter. Beberapa hari terakhir sejak wawancara ‘sang Vicky’ di salah satu station TV, fenomena penggunaan kata-kata ilmiah ke-vicky-an semakin mendominasi status jejaring sosial. Bahkan beberapa orang mengunggah video remix ala Vicky. ‘Vickynisasi’ merupakan menu pembicaraan menggelitik, tetapi menjadi persoalan serius Bangsa kita jika direfleksikan dengan potret generasi Indonesia. Rumah Edu tidak terlalu fokus pada aturan penggunaan kata-kata ilmiah, tetapi  mencoba mendudukan Vicky sebagai salah satu kejujuran dan keterbukaan bangsa terhadap  sebagian besar generasi  yang dimilikinya.

Fenomena Vicky memberikan gambaran yang sebenarnya tentang keinginan sebagian besar generasi untuk tampil cerdas dan ilmiah di hadapan publik. Menjadi keperihatinan kita bersama kemudian ketika keinginan tersebut tidak didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang mumpuni. Beberapa dari kita mungkin pernah mengalami hal tersebut atau menjumpai orang-orang di sekitar kita. Hampir sebagian besar   mahasiswa di Mataram sedang berada pada situasi ke-Vicky-an. Beberapa hasil analisa Rumah Edu terhadap faktor dominan penyebab munculnya kaum-kaum ‘sok Ilmiah’ khususnya pada mahasiswa Samawa di Mataram. Diantaranya adalah 1) motivasi dan minat membaca yang rendah 2) tidak adanya kultur diskusi 3) sebagai anggota pasif organisasi aktif 4) budaya gengsi yang tidak diimbangi dengan motivasi berprestasi.

Permasalahan ini telah menjadi ancaman bagi bangsa kita khususnya daerah. Rendahnya skillfull discussion, wawasan, menyebabkan beberapa generasi begitu jauh tertinggal dari anak tangga tertinggi Dialog. Bahkan beberapa birokrat, politisi, dan aparatur pemerintah telah disusupi oleh orang-orang ke-vicky-an. Jika pemerintah tidak menganggap hal ini sebagai suatu masalah yang serius, dan tidak berusaha merumuskan solusi tepat untuk Vicky-Vicky lain yang menjelma sebagai aparatur pemerintah dan politisi, maka ke depannya daerah kita akan menjadi bahan olokan daerah lain.

Semoga dengan adanya Vicky, membawa dampak positif bagi generasi kita. Generasi yang selalu sadar atas segala kekurangan sehingga mau belajar dan mengembangkan diri untuk mencapai kebutuhan yang benar-benar humanis yaitu self actualization dan self respect. Kita patut berterimaksih kepada Vicky, karena bisa menyadarkan generasi kita tentang pentingnya belajar, pentingnya berwawasan luas dan urgennya komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dan terimaksih Vicky, karena caramu berkomunikasi menjadikan generasi untuk selalu berhati-hati berkomunikasi menggunakan bahasa-bahasa asing dan bahasa ilmiah khususnya di jejaring sosial.

Rumah Edu mohon maaf jika dalam tulisan ini mengandung kata-kata ke-Vicky-an. Mohon kritik dan sarannya.

SAMSUN HIDAYAT

0 comments: